The Extreme Ice Survey

Svínafellsjökull Glacier
Seorang anggota tim EIS melakukan pengukuran pada ceruk es di Svínafellsjökull Glacier di Islandia.
Birthday Canyon
Seorang anggota tim EIS mengamati Birthday Canyon, dengan kedalaman kurang lebih 45 meter. Endapan hitam di bawah jalur lelehan es ini adalah cryoconite, endapan seperti pasir yang mengandung jelaga hitam halus yang terbawa angin dari jauh dan bercampur dengan bakteri yang hidup di lapisan es.
Ancient Air
Buih udara purba berusia sekitar 15.000 tahun meruap seiring mencairnya lapisan es Greenland.
Rising Icebergs
Gunung es di Greenland setinggi 60 meter di atas permukaan dan mengapung ke Samudra Atlantik Utara.
Columbia Glacier
Lapisan sedimen yang terkikis menyebabkan patahan gunung es dari Gletser Columbia di Alaska, Amerika Serikat. Seorang anggota tim EIS berdiri di atasnya.
The Setup
Untuk proyek EIS, kami menggunakan body Nikon D200 dan D300 dalam kotak tahan cuaca. Dengan tenaga dari panel surya, baterai dan elektronik lainnya yang mampu bertahan pada suhu serendah -40C, angin sekuat 255 km/jam, badai salju, tanah longsor dan longsor salju. Dalam foto ini terlihat Matthew Kennedy dan Daniel McGrath dari tim EIS sedang memasang kamera di Orne Harbor di Semenanjung Antartika. Tempat ini adalah bagian dari ekspedisi pertama Extreme Ice Survey di belahan bumi selatan.

EIS Founder & Director James Balog at Jøkulsårlon glacier, Iceland

James Balog

Selama 35 tahun, fotografer peraih penghargaan, James Balog, telah menciptakan dasar konseptual dan artistik baru pada salah satu isu paling penting saat ini, yakni perubahan iklim. Balog, pendiri Earth Vision Institute, dan timnya Extreme Ice Survey ditampilkan dalam film dokumenter pemenang penghargaan Emmy, Chasing Ice. Ia juga menulis delapan buku, termasuk ICE: Portraits of Vanishing Glaciers, dan karyanya telah dipamerkan di museum dan galeri di seluruh dunia.
www.jamesbalog.com